cerpen


IF YOU KNOW WHY

 Author: Ade Yuha Nanda


                “ jangankan menjadi kekasihmu, dicintai olehmu saja sudah membuatku jijik” ucapku setengah berteriak tepat dihadapan yudhis. Dia adalah pria tampan yang selalu menggangguku. Dia mencintaiku. Ya, dia bilang seperti itu. Kalian tahu? Aku pun memiliki rasa padanya tetapi takdir memutuskan bahwa aku dan yudhis tidak boleh dan tidak akan pernah bisa bersatu. Jauh dilubuk hatiku, aku sangat membenci takdir itu.
                “ kenapa kau selalu mengatakan itu nicha? Aku melakukan kesalahan? Katakan!” tanyanya, matanya terlihat sayu. Lelah. Tetapi itu tak mengurangi sedikitpun ketampanan yang dimilikinya. Hazel abu abu miliknya itu kuyakin akan memikat seluruh hati wanita yang berhasil menatap matanya.
“ kau sama sekali tak bersalah yudh” ucapku mulai berkaca kaca
“ lantas kenapa kau selalu menghindariku?”
“takdir yang salah” tukasku cepat. Aku berlalu dari hadapannya karena benteng pertahananku rubuh. Usahaku untuk tidak menangis dihadapannya lagi sekarang hancur. Aku terus berlari tetapi tidak tahu akan kemana. Biarkan aku mengikuti kemana kakiku akan membawaku pergi. Dan... aku berhenti didepan rooftop sekolah disana dapat kutemukan pemandangan yang akan selalu bisa membatku tenang. Aku suka berada disini. Hujan akan terlihat indah jika kunikmati dari sini itu sebabnya aku tak suka siapapun berada disini. Selain hana sahabatku. Dan dia rupanya sudah berada disini sebelum aku.
                “ kenapa kau selalu menolaknya? Kau buta? Apa kau tak melihat pengorbanan yudhis untukmu? Kau tak tau apa yang dialakukan? Dia menjauhi sisiwi sosialita , siswi populer disekolah yang sangat mengidolakannya. Dia melakukan itu untumu nicha!” ocehan hana panjang lebar semakin membuat kupingku panas. Jika dia bukan sahabatku maka pasti aku sudah memutilasinya.
“ kau tak tahu apa yang terjadi dua tahun lalu. Aku memiliki alasan untuk itu hana! Jadi kau tak tahu bagaimana takdir sangat melarangku untuk mencintai yudhis telebih menjadi kekasihnya. Iyu akan menjadi sebuah dosa  besar untukku” jelasku berharap hana mengerti.
“selalu itu jawabanmu aku sudah bosan mendengarnya. Apa kau tak punya alasan lain untuk itu? Cuihh” hana membuang muka, mendengus kesal lalu beranjak dari duduknya hendak meniggalkanku sendiri. Kurasa dia marah padaku.
                “Oh ayolah hana... mengerti posisiku” ucapku lirih.
“ bagaimana aku bisa mengerti jika kau tak menceritakan apa apa padaku!”  hana menengok sebentar lalu berkata seolah aku adalah sahabat terjahat karena tak berterus terang padanya. Tapi sungguh ku berat mengatakan ini pada siapapun.

--0—

                Pagi yang cerah menurutku, tapi tidak dengan hatiku. Hana masih marah karena aku belum siap menceritakankisah dua tahun silam yang membuat aku benar benar tidak bisa menerima yudhis sebagai kekasihku.
Aku siap hari ini. Dengan seragam rok batik selutut, rambut yang kubiarkan tergerai, sepatu putih yang sangat cocok dikakiku. Aku memacu mobil ku dengan kecepatan rata rata sambil memasang earphone ditelingaku. Biarkan orang meneriakiku gila karena menggunakan earphone saat berkendara. Tetapi aku memang sudah gila. Gila karena yudhis yang masih bersikeras ingin menjadikanku kekasihnya. Dia selalu menggangguku.

**
Aku sampai disekolah 15 menit sebelum bel dipencet. Aku menyusuri setiap koridor yang akan membawaku kekelas yang berada diujung sana. Kalian tahu? Aku harus melewati kelas kelas kakak kelas yang kebanyakan kaum sosialita. Kaum yang memandang seseorang hanya dengan penampilannya saja dan aku selalu mendapat tatapan membunuh dari mereka terutama kaum perempuan. Karena siapa lagi kalau bukan karna yudhistira si idola itu. Tapi aku abaikan mereka dan aku terus berjalan dengan sedikit menunduk.

“yunicha!!” panggil seseorang yang berada lumayang jauh dibelakangku. Aku menengok dan mendapati yudhistira berdiri dengan tangan kanan yang dimasukkan disaku celana. Siapa yang tidak terpana jika dia sudah menampakkan gaya cool nya yang seperti ini. Akupun akan sama jika takdir mengizinkannya. Ah! Kutepis pikiran itu agar pergi dari otakku
“kau mau apa?” tanyaku sambil terus kembali berja;an
“ kau bertanya seperti itu seperti menawariku sesuatu saja” balsnya dengan nada menjijikkan. Dia selalu menggodaku.
“tidak usah basa basi dan katakan kau mau apa?” ucapku meninggikan nada bicaraku.
“aku ingin jadi kekasihmu” balasnya sama seperti yang sering dikatakannya padaku.
“ini dikoridor dan kau berbicara sangat keras. Turunkan nada bicaramu itu atau semua orang akan mendengar apa yang kau katakan!” bentakku
“ memang itu yang kuinginkan!”
“yudhis jangan bertingkah gila!” bentakku lagi
“aku tak peduli karna aku memang sudah gila. Gila karenamu” ujarnya. Aku mempercepat langkahku berharap dia akan lelah mengerjarku dan berhenti mengucapkan kalimat kalimat yang lebih melantur nantinya.


--0--


                “hana” panggilku lirih tetapi dia hanya membalasnya dengan deheman saja “hm?”
“kau marah padaku?” tanyaku hati hati.
“ya sperti yang kau lihat” jawabnya dingin. Dia berjalan keluar kelas meninggalkanku yang masih berdiri ditempatku tadi.
Karena bosan, akhirnya aku memutuskan pergi dan duduk di kursi dekat mading.
“boleh aku duduk?” tanya seseorang
“duduklah” ucapku mempersilahkan
Aku mendongk untuk melihat wajahnya dan oh my God!! Dia sangat tampan. Wajahnya sangat asing bagiku.
“kau murid baru?” tanyaku masih terus memandangnya.
“namaku Hanly rompas, kau bisa memanggilku Hanly” ucapnya memperkenalkan dirinya. Aku menjabat tangannya yang terulur.
“aku Yunicha Sondakh. Panggil saja Nicha” aku balik memperkenalkan diriku.
                Obrolan kami berlanjut hingga bel masuk. Sungguh aku tak merasa canggung mengobrol dengannya bahkan kami seperti sudah kenal lama.


--0—


Malam ini aku berdiri di balkon kamarku, memandang pekatnta langit hitam yang dihiasi kerlap kerlip bintang. Aku masih memikirkan ucapan Hana saat berada di parkiran sepulang sekolah tadi.
FLASHBACK ON
“ kau wanita terjahat Nicha. Aku tak habis pikir bisa bersahabat dengan orang sepertimu” ucap Hana mencibirku ketus.
“aku melakukan kesalahan lagi?” tanyaku bingung.
“kau tak sadar? Yudhis tersakiti sementara kau dengan murid baru yang bahkan tak kau kenal. Kau tak kenal dengannya bukan? Kau pikir aku tak melihatnya!!?” kalimat terakhir yang dilontarkan Hana. Bulir bening menetes lagi
FLASHBACK OFF
                Aku tau kenapa Hana begitu marah padaku. Karena ia mencintai Yudhis dan dia berhak. Baiklah aku akan mengatakan semuanya besok pada Yudhis dan pada Hana. Aku tak ingin lagi ada kesalahpahaman antara aku dengan mereka.


--0—


                “aku ingin mengatakan semuanya” ucapku ragu. Saat ini aku berada di parkiran sekolah. Waktu sekolah sudah berakhir sejak lima menit yang lalu dan aku memanfaatkannya untuk menjelaskan apa yang ingin ku katakan.
“aku akan mengatakannya” ujarku mengulang kalimat pertamaku.
“apa itu penting untukku ?” ucap Hana sinis.
“dengarkan aku, ku mohon!” aku memasang wajah innocentku, tapi ku yakin Hana jijik melihat ekspresiku.
“katakan apa kau menerima cintaku ?” tanya Yudhis dengan senyum terlukis di bibirnya. Yudhis yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perdebatanku dengan Hana, kini mulai angkat bicara untuk merayuku.
“katakan, kau menerimaku ?”
“bukan !!”
“kenapa ?”  tanyanya lagi.
“takdir!!!” tegasku.
“kanapa kau selalu menyalahkan takdir Nicha ?”
“karena takdir memang salah” ucapku mulai berkaca-kaca. Ku lirik wajah Hana sudah mulai kebingungan. Bibirku serasa berat untuk mengungkap semuanya.
“kenapa kau tak meneri-“
“kau adalah adikku!!” tukasku memotong pertanyaan Yudhis. Dia tertawa. Entah kenapa, padahal kurasa tidak ada yang lucu disini, saat ini.
“ kau bilang apa?” tanyanya. Dia masih tertawa sambil terus mendekat kearahku. Mendekatkan wajahnya padaku tepatnya.
“kau adalah adikku. Adik kembarku tepatnya. Sungguh aku tak mengada-ngada. Kau jangan tertawa Yudhis!” jelasku. Hana melongo sementara Yudhis masih mencari kebohongan dimataku, tetapi ia tak menemukannya.
“aku memiliki bukti” aku menyeret Yudhis dan Hana ke dalam mobil.  Membawa mereka ke rumahku. Kemudian mengajak naik menuju kamar yang berada tepat disamping kamarku.
Aku membuka pintunya, kuraih foto yang terbingkai rapi diatas nakas itu.
“lihatlah.lihat nametag dibaju itu, Yunicha Sondakh dan Yudhistira Sondakh. Ini belum cukup untuk membuktikan bahwa kau adik kembarku ? oh ya kau ingat ? banyak sekali yang bilang kita cocok karena kita mirip. Ya memang bukan mirip lagi tapi kita memang kembar !” lututku lemas dan aku menyeka air mataku.
“jelaskan kenapa aku tak mengingatnya ?” Yudhis menuntut penjelasan dariku.
“kecelakaan dua tahun lalu yang membuatmu amnesia dan juga merenggut mama. Saat itu aku dan papa koma, dan keluarga Bharmantyo mengangkatmu sebagai anak” ucapku terisak.
“sejahat itukah papa Bharmantyo menyembunyikan ini ?” Yudhis tersungkur ke lantai dan aku memeluknya. Air mata menetes dipipinya.
“kau adikku..itu sebabnya kau tak akan bisa menjadi kekasihku Yudh” aku terdiam sejenak. Yudhis dan Hana juga diam. Lama tak ada suara.
“maafkan aku kak. Aku berdosa karena telah mencintaimu” ucapnya menatapku nanar. Aku menggeleng memberikan support kepadanya.
“aku akan pulang dan tinggal bersamamu dan tuan Sondakh” ujarnya kemudian.
“papa. Dia adalah papamu” aku membenarkan kalimatnya, dia tersenyum dan memelukku erat. Aku lega sekarang. Hana mematung ditempatnya tadi, aku menghampirinya.
“jika kau tahu kenapa aku seperti ini ? apa kau mau memaafkanku ?” tanyaku datar. Spontan Hana memelukku. Tubuhku sedikit goyang karena pelukannya yang tiba-tiba.
“andai aku tahu hidupmu seberat ini” ujarnya disela isakan tangisnya.
-
Sekarang tak ada salah paham lagi, aku akan menjalani hidupku dengan normal. Bahkan hari hariku akan terdengar lebih menarik untuk diceritakan, karena adik yang lama terpisah tidak ada bersamaku, dia akan menjadi adik terbaikku dan akan selalu begitu.
END

Komentar

Postingan Populer