cerpen
KAU BUKAN TAKDIRKU
“Aku siapp!” pekikku masih
berdiri didepan cermin sambil sesekali merapihkan rambutku. Hari ini adalah
hari bebas disekolah, karna sekolah sedang mengadakan bazar . aku hanya
berpenampilan apa adanya, kaus oblong warna putih dengan jeans yang kupadukan
dengan sepatu sport favoritku. Rambut yang ku kuncir satu dengan jepit manis
disisi kiri. Sangat simple!
Aku
keluar dan berjalan kira kira 30 meter saja untuk menuju tempat biasa aku
menunggu angkot yang akan membawaku ke sekolah. 5 menit menunggu, angkot yang
kutunggu sudah berhenti didepan ku. Aku segera masuk. Untung hari ini penumpang
tidak terlalu jejal sehingga aku tidak perlu berdesak desakan.
***
“haii” sapa seseorang sambil mengimbangi langkahku. Aku
masih berjalan kedepan tanpa menengok siapa yang berjalan disampingku saat ini.
Karna aku memang sudah mengenal siapa pemilik kedua kaki itu dari sepatu yang
ia kenakan. Steeve! Dia adalah teman sekelasku sekaligus ketua tim basket putra
disekolah. Cowok tampan yang akhir akhir ini sering membuatku gelisah. Kenapa?
Karna aku tau steeve menaruh hati padaku, sedangkan aku sendiri harus
memikirkan perasaan nisa, sahabatku. Dan kebahagiaanku sendiri. Aku tahu nisa
juga sangat menyukai steeve, tapi aku sendiri juga tak bisa berpaling dari
kenyataan bahwa aku sangat menyukai steeve. Karna itu , sebisa mungkin aku akan
menjaga sikapku pada steeve agar tak melukai nisa.
“tumben udah sampai” godanya padaku, karna memang
biasanya aku baru sampai disekolah 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.
“iya” jawabku singkat. Meski sebenarnya aku sangat
inginmengobrol banyak dengannya.
Sampai
dikelas, aku langsung saja menuju bangku yang berada dibarisan depan.
“selamat pagi febii” sapa nisa yang duduk dibangkunya
yang berada dibelakang bangkuku.
“pagi nissaa” balasku sambil tersenyum manis padanya,
sepertinya aku salah fokus. Mataku menemukan senyum lebar dari cowok tampan
yang berada dibangku paling pojok belakang. Siapa lagi kalau bukan steeve. Ia
tersenyum lebar menatapku. Aku jadi tak karuan. (salah tingkah istilahnya :D)
“kenapa senyum senyum?” tegur nisa sambil melamba
lambaikan tangannya didepan mataku. Aku berkedip lalu menggeleng dan menengok
kedepan.
***
Saatnya istirahat pertama. Nisa menarik tanganku dan
menyeretku menuju kantin. Sahabatku yang satu ini memang susah kalo sudah
lapar. Kami duduk dimeja yang tersedia 3 kursi. Nisa berjalan menuju ibu kantin
untuk memesan makanan, sementara aku harus menunggu dikursi yang sudah nisa
pilihkan sambil berkutik dengan ponselku.
“boleh aku duduk disini?” tanya seseorang tiba tiba. Aku
menengok dan tersenyum simpul. “makasih” ucapnya kemudian lalu duduk dikursi
yang berada disampingku.
“sendiri?” tanya steeve lagi.
“enggak, aku sama nisa” balasku tanpa menengok kearahnya.
“mana?” sergah steeve.
“it-“ ucapanku terpotong karna nisa tak ada ditempat pemesanan. Mataku terus
mencari keberadaan sahabatku itu tapi ia benar tak ada disini.
Akuu
mulai gelisah. Aku beranjak dari duduk dan akan mencari nisa steeve
mengikutiku. Aku tak mempermasalahkan itu saat ini. Yang aku ingin lakukan
sekarang hanyalah mencari dimana nisa.
“awww” pekikku saat seorang cowo menyenggol bahuku. Cowo
itu tampak sedang menggendong seseorang yang pingsan. Kuputuskan bertanya pada
salah satu temanku.
“siapa yang pingsan?”
“nisa” jawb naura membuat mulutku menganga.
Aku berlari mengikuti cowo tadi menuju UKS. Astagaaa!
Nisaaaaa!! Dia terbaring lemas. Mulutnya berbusaa. Ada apaa?? Kaki kakiku mulai
lemas. Jika saja steeve tak ada disampingku saat ini, mungkin saja aku sudah
pingsan.
Aku mendekati nisa dan membersihkan busa busa dimulutnya.
“ini feb” naura menyerahkan beberapa set obat.
“apa?”
“ tadi obat obat ini ditemukan ditoilet. Disamping nisa
pingsan” jelas naura padaku.
Aku mengerti sekarang. Nisa pingsan setelah meminum obat
ini. Astagaaa!!! Bbukan hanya satu bungkus yang terbuka. Tapi empat! Nisa
meminumnya sekaligus? Itu sebabnya mulutnya berbusa. Tapi kenapa?
***
Setelah dokter memeriksa, nisa mulai siuman. Aku memegang
erat tangannya dan memasang senyum lebar untuknya. Matanya mulai terbuka, ia
menatapku lalu memalingkan wajahnya, tangannya yang kupegang erat tadi juga
ditariknya pelan pelan.
“nisaa” panggilku lirih.
Nisa masih memalinhkan wajahnya. Yak mau menatapku. Aku
mulai merasa ada yang aneh pada dirinya. Steeve yang berdri disampingku juga
mulai ikut memanggil nisa.
“nisaa, kamu gapapa?” tanya stteve juga tidak digubris
oleh nisa. Apa aku punya salah?? Kenapa nisa bersikap kaya gini? Kenapa dia tak
mau menataku?
Karna aku merasa tak dibutuhkan, kuputuskan keluar dari
UKS. Aku berlari menuju kelas. Kugendong ransel cantikku lalu keluar dari
sekolah. Karna hari ini adalah hari bebas, jadi tak ada satupun satpam yang
berjaga sehingga aku bisa keluar dari sekolah.
***
Bulir bening mulai berjatuhan. Membasahi kaus oblong yang
ku pakai. Aku terus menyusuri trotoar.
Langkahku berubah menjadi gontai. Pikiranku masih membahas tentang nisa.
Tentang sikapnya padaku. Kenapa dia tak menggubrisku ?
“AAAAAAAAAA” aku berteriak sekencang mungkin karena mulai
kesal pada situasi ini.
“jangan teriak, ini jalan raya bodoh!”suara seseorang
dibelakangku. Steeve! Ya dia lagi.
“kenapa kau ada disini?” tanyaku sambil mengusap air
mataku.
“mana mungkin aku membiarkan kau berlari dengan keadaan
kacau seperti ini?”. Steeve mulai mendekatiku. Membantuku mengusap air mataku
dengan kasar. Aku hanya diam.
“apa pedulimu terhadapku?” tanyaku padanya kemudian.
Kulangkahkan kakiku menyusuri trotoar lagi. Steeve ikut berjalan disampingku.
“peduliku?”
“ya apa pedulimu?” jawabku mengulang pertanyaan.
“ aku mencintaimu” ucap steeve membuat langkahku
terhenti. Oh Tuhan! Aku berharap ini hanya sebuah mimpi.
“kau?”
“yaa. Aku mencintaimu feby” celahnya memotong
perkataanku.
***
Ponselku berdering. Ku ambil benda kotak segenggaman itu
dari atas meja belajarku. Tertulis nama ‘naura’ dilayar ponselku. Naura
mengirim pesan padaku agar aku menemuinya ditaman yang lumayan dekat dar
rumahku. Tapi untuk apa? Ah! Ku pergi saja.
Saat sampai disana, sudah terlihat naura duduk lesehan di
bawah pohon beralaskan rumput rumput segar. Aku mendekatinya. Matanya
berkaca-kaca.
“ada apa ra?” tanyaku ikut duduk disampingnya.
“nisa”
“kenapa?” perasaanku mulai tak enak.
“kau tau kenapa dia pingsan? Nisa mengalami gejala kanker
pencernaan, dan tadi dia meminum empat butir obat sekaligus. Kau tau kenapa?
Dia frustasi. Dia cerita padaaku tadi, dia cemburu feb, kau tau kan dia suka
steeve? Ah! Sebenarnya nisa melarangku mengatakan ini padamu, tapi aku benar
tak bisa bohong” jelas naura padaku.
Jadi nisaa? Over
dosis! Ia meminum empat butir obat sekaligus. Ah! Maafkan aku nisa.
Aku mulai berkaca kaca mendengar cerita naura. Aku tau
aku sudah sangat menyakiti nisa. Aku akan melakukan sesuatu untuknya.
“terima kasih naura” ucapku lalu berlalu dari samping
naura, aku berjalan menuju pinggir danau kecil yang masih berada diarea taman
itu. Kuraih ponselku dan aku akan mengirim pesan singkat untuk steeve agar dia
menemuiku sekarang.
***
“ada apa feb?” tanya steeve menatapku dalam. Jujur aku
sangat grogi steeve menatapku seperti ini. Tapi aku harus membuang perasaan ini
jauh jauh.
“kau mencintaiku?” aku memberanikan untuk bertanya padanya.
“iya. Sangat feby”
“Kau mau melakukan sesuatu untukku?”
“tentu saja. Apa?”
“apapuun itu?”
“iya apapun itu”
“cintai nisa!” ucapku penuh harap.
“maksud kamu?”
“nisa sakit. Dia butuh kamu steeve” pintaku sambil
menggenggam erat tangannya.
“tidak feb!”
“demi aku!” sergah ku cepat. Aku berharap steeve
mengerti. Steeve terdiam. Ia tampak berpikir. Kemudian ia meremas jemariku.
“kau akan bahagia dengan hal itu?” steeve menapatku
dalam. Aku mengangguk dan memaksakan senyum.
“akan kulakukan apapun feb” ucap steeve serius. Dia
kemudian mengajakku pergi menemui nisa. Ia akan menyatakan cinta pada nisa
sekarang juga.
Aku tak tau yang seharusnya aku rasakan. Senang? Sedih?
Marah? Kecewa? Entah?!
***
Kami telah sampai dirumah nisa. Aku meminta untuk steeve
masuk sendiri menemui nisa. Sedangkan aku akan menunggu saja diteras depan.
Karna aku tau. Aku tak akan sanggup melihat pria yang kusayangi menyatakan
cintanya pada gadis lain. Terlebih pada sahabatku sendiri, sekalipun itu hanya
cinta palsu.
Beberapa menit setelah itu, nisa keluar menggandeng
steeve yang noteban ntya sekarang adalah pacarnya. Senyum manis tampak mengembang
diwajah pucatnya. Senyum manis yang sangat kurindukan. Sementara aku melirik
steeve dengan senyumnya yang dipaksakan. Sungguh pahit pemandangan ini Tuhan.
Ku mohonkirim malaikat untuk membawaku ke surga sekarang. --_--
“terima kasih feby” ucap nisa merangkulku. Aku balas
merangkulnya.
“kau harus bahagia bersamanya. Tetaplah menjadi sahabat
penyemangatku”. Ucapku.
Usahaku menahan
bendungan air mata gagal. Bulir tak kuharapkan itu tetap saja jatuh, ya aku
menangis! Antara kecewa atau bahagia. Aku tak dapat merasakan dengn jelas
perasaan ini. Yang terpenting bagiku adalah nisa tetap sahabatku.
Mulai detik ini akan kuhapus nama steeve dihatiku. Akan
kulupaka semua hal yang pernah kulalui dengannya. Dan akan kukembalikan cinta
yang dia berikan selama ini. Aku akan melupakanmu steeve! Kau akan menjadi
sahabat baikku dan nisa akan tetap menjadi sahabatku selamanya. KAU BUKAN
TAKDIRKU. J
(AYN)
TAMAT--
Komentar
Posting Komentar